Sejarah Singkat Masjid Sunda Kelapa tanpa Kubah

Secara umum, bangunan masjid pasti memiliki atap kubah dengan berbagai macam ukuran, model serta jumlahnya. Atap kubah itu sendiri biasanya juga terinspirasi dari berbagai macam masjid besar di seluruh dunia atau dari gaya arsitektur tertentu. Kubah masjid biasanya menjadi ikon, ciri khas atau daya tarik tersendiri pada sebuah masjid seperti masjid berkubah emas dan lain-lain.

Namun, berbeda dengan masjid Agung Sunda Kelapa yang berdiri di tengah-tengah pemukiman elite Jakarta Pusat ini, yang tidak memiliki kubah. Lokasinya berada di kawasan perumahan elite di Menteng, Jakarta Pusat, dekat dengan Taman Suropati (pada zaman Belanda disebut Burgermeester Bischoplein). Selanjutnya akan dibahas lebih detail tentang sejarah dan fakta-faktanya di bawah ini.

Masjid Megah yang Ada di Indonesia

pixabay.com

Indonesia memiliki banyak sekali masjid megah dan indah yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia. Inilah beberapa masjid megah yang layak dikunjungi untuk wisata religi, antara lain:

Masjid Istiqlal Jakarta

Menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara, masjid Istiqlal ternyata juga memiliki nilai sejarah. Kubah pusat pada bangunan masjid ini berdiameter 45 meter sebagai bentuk rasa syukur atas kemerdekaan RI.

Masjid Raya Baiturrahim Aceh

Masjid ini cukup terkenal karena pernah selamat dan tetap berdiri gagah meski sempat diterjang tsunami pada tahun 2004. Desain nya mirip masjid Nabawi di Madinah.

Masjid Islamic Center Samarinda

Masjid Islamic Center di Samarinda ini menjadi ikon atau landmark wisata kota Samarinda, terletak di tepian sungai Mahakam. Desain arsitekturnya terinspirasi dari masjid Haghia Sophia Istanbul, Turki.

Masjid Sunda Kelapa, Megah tanpa Kubah

pixabay.com

Selain masjid-masjid yang disebutkan di atas, terdapat masjid unik yang tak kalah megah yaitu masjid Sunda Kelapa di Jakarta Pusat. Dari halaman depan masjid, Anda akan menemukan gapura atau gerbang utama dengan ukiran kaligrafi Arab. Nuansa warnanya sebagian besar berwarna hijau dan emas dan terdapat menara dengan simbol bulan dan bintang di puncak menara.

Hingga kini, masjid Agung Sunda Kelapa masih menunjukkan karakter bangunan aslinya yang apik dan penuh sejarah. Saat memasuki area selasar masjid, barulah Anda akan menemukan keanehan atau keunikan dari bangunan masjid ini. Masjid ini memiliki atap yang tidak berkubah seperti masjid pada umumnya, namun berbentuk melengkung menyerupai perahu.

Bentuk atap perahu tersebut merupakan tribute untuk Pelabuhan Sunda Kelapa. Sedangkan secara keseluruhan, masjid Agung Sunda Kelapa ini memiliki ruangan-ruangan terpisah sesuai dengan fungsinya masing-masing, antara lain:

  • Ruang untuk solat yang dilengkapi karpet masjid yang nyaman
  • Ruang serba guna untuk berbagai macam kebutuhan
  • Aula Sakinah yang dapat digunakan untuk acara tertentu
  • Serambi Jayakarta

Sejarah Singkat Masjid Agung Sunda Kelapa

Sebelum menjadi tempat ibadah umat muslim, masjid Agung Sunda Kelapa ini dulunya merupakan taman Sunda Kelapa Baru sejak tahun 1940. Kemudian pada tahun 1960 an, Ir. Gustaf Abbas, area tersebut dibangun menjadi sebuah masjid untuk peribadatan umat muslim. Masjid ini akhirnya rampung atau selesai pada tahun 1970 dan hingga kini dipergunakan sebagai tempat beribadah umat muslim.

Dibangunnya taman menjadi masjid sebagai tempat ibadah ini menjadi angin segar bagi masyarakat muslim di sekitar area Menteng, Jakarta Pusat. Pasalnya, sebelum dilakukan renovasi, di sekitar daerah menteng hanya terdapat fasilitas tempat ibadah Gereja Protestan Paulus di seberang masjid ini. Ada pula Gereja Katolik Theresia I Jalan Haji Agus Salim.

Sebelumnya, di bagian belakang gedung Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) terdapat lapangan milik SD dan TK Kepondang. Kemudian gubernur DKI Ali Sadikin memberikan tanah atau lahan lapangan tersebut untuk membangun sebuah masjid. Saat itu, terdapat dua pilihan untuk lahan masjid yaitu di taman Sunda Kelapa atau Stadion Menteng yang disebut Lapangan Vios.

Setelah pembangunan masjid Agung Sunda Kelapa di jakarta Pusat ini, beberapa masjid lain pun dibangun. Beberapa di antaranya seperti masjid Cut Meutia dan juga masjid Cut Nyak Dien di bekas gedung NV de bouwploeg. Kala itu, hanya terdapat masjid Tangkuban Perahu di pinggiran menteng yang dibangun tahun 1901 oleh Sayid Ali bin Ahmad Shahab.

Nah, itulah beberapa informasi tentang masjid Agung Sunda kelapa yang memiliki bentuk atap yang unik menyerupai perahu. Namun, seperti masjid pada umumnya, masjid Sunda Kelapa juga lebih ramai saat bukan Ramadhan karena banyak penjual menu buka puasa. Penjual makanan menu berbuka tersebut biasanya berjejer di halaman depan masjid Agung Sunda Kelapa. Untuk ulasan tentang masjid lainnya bisa dilihat di Arraziibrahim.com Semoga informasinya bermanfaat.